JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah diminta hati-hati melonggarkan aktivitas masyarakat di ruang publik. Ahli Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan pelonggaran aktivitas masyarakat tak boleh dilaksanakan secara tergesa-gesa.
Ia mengingatkan, semakin banyak terjadi penularan virus SARS-CoV-2, virus pun akan berkembang biak dan tercipta mutasi baru.
“Mutasi bisa jadi masalah, kalau varian barunya lebih menular, semakin parah atau dia lari dari antibodi, enggak mempan vaksin,” kata Iwan dalam diskusi daring yang ditayangkan Youtube BNPB, Selasa (28/9/2021).Iwan mengatakan, mobilitas masyarakat sangat mempengaruhi tingkat penularan Covid-19. Apalagi, jika aktivitas tersebut tidak diiringi dengan penerapan protokol kesehatan.
“Pengalaman kita selama setahun lebih, pandemi ini selalu kalau ada peningkatan mobilitas kemudian dua minggu, sebulan sampai dua bulan kemudian kasusnya naik,” tutur dia.
Pada Selasa (28/9/2021), pemerintah mencatat ada penambahan kasus harian sebanyak 2.057. Maka, secara kumulatif, total kasus Covid-19 di Tanah Air menjadi 4.208.013 kasus.
Kemudian, kasus sembuh Covid-19 bertambah 3.551, sehingga jumlahnya menjadi 4.031.099.
Sementara itu, kasus kematian akibat Covid-19 bertambah 124. Maka, total kasus kematian yaitu 141.709 jiwa. Jumlah kasus aktif tercatat turun 1.618, sehingga total menjadi 38.652.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Selain itu, hingga Selasa pukul 18.00 WIB, dari target 208.265.720 orang yang jadi sasaran vaksinasi, sebanyak 50.030.771 orang atau 24,02 persen telah mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis.
Sementara itu, yang sudah mendapatkan suntikan vaksis dosis pertama sebanyak 89.201.439 orang atau 42,83 persen.
Sasaran vaksinasi itu terdiri atas tenaga kesehatan, lanjut usia petugas publik, masyarakat rentan, dan masyarakat umum termasuk anak-anak usia 12-17 tahun. Target ini ditetapkan untuk mencapai kekebalan komunal (herd immunity) dari virus SARS-CoV-2.
Prokes tetap penting
Meskipun penambahan kasus harian kini relatif menurun, masyarakat diingatkan agar tetap menerapkan protokol kesehatan berupa 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) secara ketat.
Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dicky Chresthover Peluppessy, mengatakan patuh dan disiplin menerapkan protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19 harus dilihat sebagai investasi kesehatan.
“Bagaimana pakai masker, jaga jarak, menghindari kerumunan itu kita harus lihat sebagai satu investasi, investasi kita sehat,” kata Dicky dalam diskusi daring yang ditayangkan Youtube BNPB, Selasa (28/9/2021).
Dicky mengatakan, masyarakat harus mengambil pelajaran dari lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Menurutnya, tiap orang mesti memiliki kesadaran diri jika sampai terpapar Covid-19.
“Jadi kita secara sederhana menimbang-nimbang apa yang perlu saya lakukan, saya korbankan, tetapi juga apa yang bisa saya dapatkan dan kemudian bukan bicara apa yang akan terjadi pada saya semata, tetapi pada orang-orang yang ada di sekeliling saya,” ujarnya.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun mengatakan, pandemi Covid-19 belum sepenuhnya hilang baik di Indonesia maupun dunia. Hal ini bertalian dengan munculnya varian R.1.
Varian baru itu masih dalam pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Varian R.1, kata Wiku, pertama kali teridentifikasi WHO pada Januari 2021 di Jepang dan sudah menyebar di beberapa wilayah Amerika Serikat.
Ia pun menegaskan agar masyarakat tetap waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Jadi ini pengingat bagi kita bersama bahwa Covid-19 belum sepenuhnya hilang. Yang harus kita lakukan ialah konsisten menjalankan protokol kesehatan di seluruh aspek kehidupan tanpa takut berlebihan,” kata dia.
#UPDATE #Kasus #Covid19 #Pemerintah #Diminta #Hatihati #Longgarkan #Aktivitas #Warga
Klik disini untuk lihat artikel asli