KOMPAS.com – Asma adalah radang kronis yang disebabkan karena penyempitan pada otot-otot saluran pernapasan yang menimbulkan mengi, sesak napas, hingga nyeri dada.
Menurut WHO, sebanyak 262 juta orang saat ini menderita penyakit asma. Penyakit ini juga telah menyebabkan 455,000 kematian.
WHO mencatat kasus serangan asma paling banyak terjadi di negara berpendapatan sedang dan rendah karena tingkat diagnosa serta kepatuhan pada pengobatan masih tergolong rendah.
Sementara itu, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, sejumlah 4,5 persen atau secara kumulatif 11 juta penduduk Indonesia menderita asma.
Angka ini menjadikan asma sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diderita orang Indonesia, dari usia anak-anak hingga dewasa.
Asma tidak dapat disembuhkan
Berdasarkan rilis GlaxoSmithKline Pharmaceuticals (GSK) yang diterima Kompas.com, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K), menyatakan bahwa penting bagi penderita untuk melakoni gaya hidup sehat dan berkualitas demi mengelola asma, penyakit kambuhan yang sejatinya tidak dapat disembuhkan.
“Walaupun tidak dapat disembuhkan, penting bagi pasien asma untuk secara aktif mengelola asma agar terhindar dari risiko buruk dan dampak kerugian lainnya,” ujar Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K) seperti dikutip dari rilis GSK.
“Terlebih sebagian besar pasien asma saat ini belum patuh pada tatalaksana yang dianjurkan dokter sehingga memperparah peradangan ketika kambuh.” imbuhnya.
Tujuan pengelolaan asma
Pengelolaan asma ditujukan agar pasien dapat mengontrol risiko serangan asma sehingga harapannya dapat hidup dengan lebih produktif.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh penderita asma ialah mengenali dan menghindari faktor pemicu kekambuhan asma, antara lain:
#Pentingnya #Kontrol #Gejala #pada #Penderita #Asma #demi #Hidup #Berkualitas
Klik disini untuk lihat artikel asli