KOMPAS.com – Nama Mastodon ramai disebut sejak Elon Musk menerapkan perubahan pada media sosial Twitter.
Bahkan, pada Jumat (18/11/2022) malam, sederet tagar seperti #RIPTwitter dan #TwitterDown juga menghiasi lini masa.
Sebagaimana diberitakan , Jumat, tagar tersebut seiring dengan kacaunya perusahaan setelah karyawan melakukan pengunduran diri massal.
Pengunduran diri tersebut lantaran Elon Musk meminta mereka berkomitmen bekerja sangat keras atau mundur jika tidak ingin.
Pengguna yang mulai gerah pun berbondong-bondong mencari pengganti Twitter. Salah satunya Mastodon.
Lalu, apa itu Mastodon?
Mengenal Mastodon
Mastodon adalah jejaring sosial terdesentralisasi dan bersifat terbuka yang sekilas sangat mirip dengan Twitter.
Dilansir dari USA Today, Mastodon didirikan pada 2016 oleh programmer Eugen Rochko saat menempuh pendidikan di Friedrich Schiller University, Jerman.
Ketika itu, muncul rumor pengambilalihan Twitter oleh Peter Thiel, salah satu pendiri PayPal bersama Elon Musk.
Eugen Rochko yang tak ingin platform publik seperti Twitter jatuh ke tangan miliarder “sayap kanan” pun menciptakan alternatif.
“Sangat penting untuk memiliki platform komunikasi global ini di mana Anda dapat mempelajari apa yang terjadi di dunia dan mengobrol dengan teman. Mengapa itu dikendalikan oleh satu perusahaan?,” katanya.
Kemiripan Mastodon dan Twitter
Dikutip dari (9/11/2022), aplikasi Mastodon dapat diunduh melalui Play Store maupun App Store.
Jejaring sosial ini juga dapat diakses melalui situs https://mastodon.social.
Jika mengakses melalui browser, tampilan Mastodon sekilas mirip dengan Twitter versi browser.
Pada halaman muka merupakan lini masa, explore, serta trending topic.
Mastodon juga memiliki tab “hashtag” untuk melihat tagar paling sering digunakan.
Selain itu, ada pula tab “news” untuk mengakses berita atau bahasan paling sering dibicarakan.
Serupa dengan Twitter, platform ini memiliki fitur reply (balas), bookmark, like, favorite, hashtag, serta follow (mengikuti) pengguna lain.
Jika Twitter mengenal “tweet”, maka Mastodon menyebut unggahan atau cuitan sebagai “toots”.
Sedangkan untuk “retweet”, jejaring sosial ini mengenalnya dengan sebutan “boost”.
Perbedaan dengan Twitter
Perbedaan menonjol antara Twitter dan Mastodon terletak pada batas karakter unggahan.
Mastodon memungkinkan penggunanya membuat unggahan dengan batas 500 karakter. Sementara Twitter, saat ini memiliki batas hingga 280 karakter per satu twit.
Mastodon juga menyajikan lini masa berdasarkan urutan waktu (chronological feed), bukan berdasarkan algoritma seperti Twitter.
Untuk bergabung dengan Mastodon, pengguna tidak bisa melakukan registrasi seperti biasa, seperti saat membuat akun baru di Twitter, Facebook, atau Instagram.
Di Mastodon, pengguna harus memilih satu server terlebih dahulu untuk mendaftar. Beberapa di antara server terbuka untuk siapa saja.
Namun, beberapa di antarnya juga memerlukan undangan. Hal ini bergantung dengan kebijakan tiap-tiap orang yang menjalankan server.
Jika ingin, para pengguna pun dapat menjalankan server sendiri.
Server yang dipilih nanti akan menjadi rumah bagi akun, profil, dan lini masa pengguna. Meski begitu, pengguna tetap bisa berinteraksi dengan seluruh server yang ada di Mastodon.
Tiap-tiap pengguna juga akan memiliki nama akun atau username mirip seperti alamat e-mail.
Username akan menyertakan nama pilihan sekaligus nama server tempat pengguna mendaftar.
Misalnya, username “[email protected]”. Nama akun ini menandakan bahwa pemilik bernama Janedoe dan mendaftar lewat server Mastodon.social.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Apa #Itu #Mastodon #Disebut #Medsos #Pengganti #Twitter #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli