KOMPAS.com – Tanggal 27 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Penerbangan Nasional.
Melansir dari buku Angkasa karya Angkatan Udara Indonesia (1976), Hari Penerbangan Nasional ini mengambil hari di mana penerbangan pertama kali dilakukan di Indonesia pada 27 Oktober 1945.
Penerbangan tersebut dilakukan oleh Agustinus Adisucipto menggunakan pesawat cureng dari Lapangan Udara Maguwo Yogyakarta yang kini dikenal dengan Landasan Udara Adisucipto.
Tujuan penerbangan saat itu ialah untuk mempersiapkan peringatan sumpah pemuda yang akan dilaksanakan keesokan harinya tanggal 28 Oktober 1945.
Sesuai dengan semangatnya, pesawat cureng itu ditandai dengan merah putih di badan pesawat.
Sebelum ditentukan tanggal 27 Oktober, Hari Penerbangan Nasional sempat diperingati setiap tanggal 9 April.
Peringatan itu terjadi dalam kurun waktu tahun 1962 hingga tahun 1974. Namun karena tidak adanya dasar tanggal tersebut dan tidak adanya surat ketetapan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaannya, maka pelaksanaan Hari Penerbangan Nasional diubah menjadi setiap 27 Oktober.
Mengenal Agustinus Adisucipto
Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto merupakan pilot AURI yang pertama kali menerbangkan pesawat di langit Yogyakarta pada 27 Oktober 1945.
Ia lahir di Salatiga pada tanggal 4 Juli 1916.
Adisucipto yang dikenal dengan panggilan Tjip itu sudah menyukai dunia penerbangan sejak lulus SMP.
Ia sempat ingin mengikuti tes penerimaan Sekolah Penerbangan di Kalijati namun ditolak oleh ayahnya. Akhirnya Tjip masuk ke Algemeene Middelbare School (AMS) di Semarang.
Lulus SMA pada tahun 1936, Adisucipto kembali meminta ijin ke ayahnya untuk mengikuti pendidikan sekolah militer Breda (Negeri Belanda). Namun hal ini tidak mungkin, karena Adisucipto bukan keturunan bangsawan, dan juga bukan golongan Eropa.
Ia kemudian menuruti perintah ayahnya untuk menggeluti bidang kedokteran. Namun diam-diam Adisucipto mengikuti test penerimaan Militaire Luchtvaart Opleidings School (Sekolah Pendidikan Penerbangan Militer) di Kalijati.
Hasilnya, Ia lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Untuk itu ia minta bantuan Asisten Residen di Salatiga untuk membujuk ayahnya mengabulkan keinginannya.
Pasca mendapat ijin dari ayahnya untuk sekolah militer, Adisucipto kemudian diterima sebagai kadet penerbang.
Dengan waktu singkat, Adisucipto mencapai tingkat Vaandrig Kortverband Vlieger atau Letnan Muda calon penerbang Ikatan Pendek.
Sejak mencapai tingkatan penerbang, mulailah karier pemuda Adisutjipto sebagai penerbang yang sebenarnya. Pada tahun 1939 Ia ditempatkan pada Skadron Pengintai. Ia diangkat menjadi Ajudan Kapitein (Kolonel) Clason, pejabat Angkatan Udara KNIL di wilayah Jawa.
Ketika revolusi meletus, Adisucipto pindah ke Yogyakarta berdasarkan Maklumat Pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945. Lalu di Yogyakarta didirikan TKR Bagian Penerbangan yang tidak lain menjadi perintis bagi Penerbangan Sipil.
Tidak lama dari sana, Adisutjipto yang diangkat menjadi Komodor Muda Udara yang memiliki tugas mengambil alih seluruh material, personel dan instalasi-instalasi.
Referensi:
- Angkatan Udara Indonesia. (1976). Angkasa Volumes 24-26. Madison: University of Wisconsin
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Sejarah #Hari #Penerbangan #Nasional
Klik disini untuk lihat artikel asli