JAKARTA, KOMPAS.com – Bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan menilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum mampu menyelesaikan masalah pengangguran yang ada.
Menurutnya, ketimpangan yang ada saat ini menjadi masalah serius yang harus segera diselesaikan.
“Kita harus memastikan bahwa kita sampai kepada satu kemakmuran, jadi visi Indonesia 2045 bukan hanya semata-mata berapa GDP per kapita kita, tapi satu kemakmuran yang dirasakan seluruh penduduk Indonesia,” kata Anies di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
“Dalam menjalankan itu, tanpa kita membereskan satu kemakmuran, ketimpangan yang ada akan problematik,” lanjut dia.
Anies menyatakan bahwa fokus utama kita haruslah menjadi tercapainya kemakmuran bagi seluruh penduduk Indonesia, bukan hanya sebatas peningkatan GDP per kapita.
Menurutnya, satu-satunya cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mengatasi ketimpangan yang ada saat ini.
“Ini kenyataan yang sekarang kita hadapi hari ini, pertumbuhan ekonomi kita belum berhasil menyelesaikan masalah pengangguran dan ketimpangan yang ada ini menjadi pekerjaan rumah sesungguhnya,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Membereskan soal ketimpangan adalah persoalan urgent yang harus diselesaikan hari ini. Gagasan kita adalah pertama, kemakmuran,” tegasnya.
Data menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai di atas 6 persen, angka pengangguran masih belum menurun secara signifikan.
Contohnya adalah di Maluku Utara, di mana pertumbuhan ekonomi regional mencapai 22,9 persen, namun tingkat pengangguran hanya mengalami penurunan di bawah 1 persen.
Anies bilang, investasi di Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, namun penyerapan tenaga kerja tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Dalam rentang waktu 2013 hingga 2022, investasi di Indonesia meningkat dari Rp 399 triliun menjadi Rp 1.200 triliun, namun penyerapan tenaga kerja justru mengalami penurunan yang signifikan.
Selain itu, sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja juga mengalami pergeseran. Sektor pertanian dan manufaktur, yang sebelumnya menyerap 44 persen tenaga kerja, mengalami penurunan.
Sementara sektor pertambangan, yang hanya menyerap 1 persen tenaga kerja, mengalami peningkatan investasi.
“Masyarakat di banyak tempat menjadi penonton tidak menikmati besarnya pertumbuhan ekonomi yang ada di kawasan itu. Begitu juga ketika kita melihat kawasan kontribusi sektor untuk tenaga kerja, sektor pertanian, manufaktur yang penyerapan tenaga kerjanya menurun,” jelas Anies.
“Kita harus mendorong sektor yang menyerap tenaga kerja untuk mengalami peningkatan,” tambahnya.
Anies juga menyoroti gap yang besar dalam kualitas tenaga kerja di Indonesia.
Menurutnya, terdapat kesenjangan yang signifikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara berbagai wilayah di Indonesia. Jawa dan Sumatera memiliki IPM 69 pada 2013 dan masih sama di 2022, sedangkan Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara juga memiliki IPM 69 dalam jangka waktu yang sama.
Anies menekankan bahwa kesenjangan ini harus segera dikoreksi, karena jika dibiarkan terus berlanjut, tingkat keterdidikan rendah akan berdampak pada tingkat IPM yang rendah, serta kecenderungan investasi yang lebih cenderung dialokasikan untuk sektor yang membutuhkan modal intensif daripada sektor yang mampu menyerap tenaga kerja.
“Yang dibutuhkan bukan hanya teknikal dalam artinya policy saja, tapi harus ada arah paradigma kita terhadap pertumbuhan kualitas perekonomian,” tegas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Anies #Pertumbuhan #Ekonomi #Belum #Mampu #Selesaikan #Masalah #Pengangguran
Klik disini untuk lihat artikel asli